Pada tanggal 7-8 Maret 2024, Departemen Pendidikan Kedokteran dan Bioetika FKKMK UGM menyelenggarakan pelatihan yang berfokus pada masa depan pendidikan dan praktik medis: “Precision Medicine as Future Medical Education and Practice.” secara hybrid melalui platform zoom meeting dan juga luring. Pelatihan ini menghadirkan sejumlah narasumber antara lain Prof. Gerard Pals, Prof. dr. Mora Claramita, Prof. Dr. Titi Savitri Prihatiningsih, Prof. Dr. Sofia Mubarika Haryana, dan Prof. Dr. Gunadi, yang membahas beragam aspek terkait pengajaran dan penerapan precision medicine.
Precision medicine, atau yang juga dikenal sebagai medicine genomics, merupakan pendekatan baru dalam dunia kedokteran yang menekankan perlunya penyesuaian pengobatan dan pencegahan penyakit berdasarkan karakteristik genetik, lingkungan, dan gaya hidup individu. Namun, sebagai suatu konsep yang relatif baru di Indonesia, memahami, mengajarkan, dan mengaplikasikan precision medicine dalam pendidikan tenaga kesehatan memerlukan persiapan yang matang.
Salah satu tujuan utama pelatihan ini adalah untuk memetakan kebutuhan, tantangan, dan isu terkait precision medicine dalam pendidikan profesi kesehatan. Sejumlah peserta, terdiri dari tenaga pendidik dari berbagai institusi kesehatan di Indonesia dan mahasiswa S2 Ilmu Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan, hadir untuk mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang bagaimana mengintegrasikan precision medicine ke dalam kurikulum pendidikan kesehatan.
Dalam pelatihan ini, para narasumber menggarisbawahi beberapa hal yang perlu dipersiapkan bagi para pendidik untuk mengajarkan precision medicine kepada calon tenaga kesehatan di masa yang akan datang. Salah satunya adalah pemahaman mendalam tentang dasar-dasar genetika dan bioteknologi, serta kemampuan untuk memetakan dan mendesain pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang ada.
Selain itu, identifikasi tantangan dan isu etika terkait precision medicine menjadi fokus utama dalam diskusi pelatihan ini. Dengan memahami implikasi etis dari penggunaan data genetik dalam diagnosis dan pengobatan penyakit, para pendidik dapat mempersiapkan calon tenaga kesehatan untuk menghadapi dilema moral yang mungkin timbul di lapangan.
Melihat dari partisipasi yang aktif dari peserta, pelatihan ini menjadi langkah awal yang penting dalam mempersiapkan masa depan pendidikan dan praktik medis di Indonesia. Dengan terus mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam precision medicine, diharapkan bahwa calon tenaga kesehatan dapat menjadi agen perubahan yang mampu memberikan pelayanan kesehatan yang lebih personal dan efektif bagi masyarakat.
Sebagai moderator acara, dr. Hikmawati NH, MSc, Sp.KKLP, dan drg. Agnes B. Pratiwi, MPH, juga turut memberikan kontribusi yang berharga dalam memandu diskusi dan mengarahkan peserta untuk menjawab tantangan-tantangan yang ada.
Dengan demikian, pelatihan “Precision Medicine as Future Medical Education and Practice” tidak hanya memberikan wawasan baru tentang konsep dan aplikasi precision medicine, tetapi juga membantu membangun landasan yang kokoh dalam pendidikan dan praktik medis di masa depan.