Relawan dokter dalam aplikasi LIVEDOKTER, memberikan konsultasi online bagi para pasien COVID-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri

BMC on Health Blog mewawancarai akademisi dan praktisi yang bekerja di berbagai bidang untuk mencapai Sustainable Development Goals 3: Memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan untuk semua orang di segala usia.

Departemen Pendidikan Kedokteran dan Bioetika menyambut pengukuhan Prof. dr. Mora Claramita, MHPE, Ph.D, Sp.KKLP sebagai Guru Besar di bidang Ilmu Pendidikan Kedokteran.

Tiga orang staf dari Departemen Pendidikan Kedokteran dan Bioetika baru saja lulus secara resmi sebagai FAIMER Fellow. Tiga orang tersebut adalah dr. Widyandana, MHPE, Ph.D, Sp.M(K), dr. Rachmadya Nur Hidayah, M.Sc, Ph.D, dan dr. Prattama Santoso Utomo, MHPEd. Upacara kelulusan dilakukan secara daring dan dipimpin oleh Presiden FAIMER Jeanette Mladenovic, M.D., M.B.A., M.A.C.P.

 

Dalam mengembangkan profesionalisme di bidang kedokteran dan profesi kesehatan diperlukan pendidikan tentang nilai-nilai kemanusiaan/humanistik yang seharusnya dapat diakui secara formal dalam kurikulum pendidikan. Fakultas kedokteran dan institusi pendidikan profesi kesehatan diharapkan dapat menghasilkan dokter dan tenaga kesehatan profesional yang secara penuh mengetahui dan memberikan perhatian terhadap permasalahan pasiennya. Memperlihatkan perilaku yang menunjukkan integritas, perasaan belas kasihan (compassion), mengutamakan kepentingan orang lain (altruism), empati dan hormat (respect) adalah hal yang penting didalam berinteraksi dengan pasien dan keluarganya. Perilaku yang mencerminkan kemanusiaan/humanistik oleh dokter dan tenaga kesehatan profesional berkorelasi dengan meningkatnya kepuasan pasien dan keberhasilan proses perawatan dan pengobatan.
Agar dapat memperkuat pengembangan profesional dan mengidentifikasi formasi pemahaman mahasiswa kedokteran dan profesi kesehatan lain, nilai-nilai kemanusiaan/humanistik harus dipandang sebagai salah satu dari inti/pokok persoalan yang harus didiskusikan and diajarkan secara eksplisit/jelas di dalam kurikulum. Salah satu strategi yang sering digunakan adalah model peran (role modeling) yang dilengkapi oleh refleksi diri aktif mahasiswa dan pemberian umpan balik. Dalam rangka memberikan pendidikan nilai-nilai kemanusiaan/humanistik kepada dokter dan profesi tenaga kesehatan selama proses pendidikan dan pelatihan sebaiknya juga memasukkan penciptaan iklim humanistik/kemanusiaan dalam lingkungan belajar.
Sebagai upaya untuk mendukung hal tersebut, Indonesian College of Health Professions Education (IAMHPE)/Kolegium Ilmu Pendidikan Profesi Kesehatan Indonesia (KIPPKI) mempersembahkan I-AM HPExplore Webinar Series yang akan dilakukan rutin setiap bulannya. Webinar serial 4 ini akan membahas isu terkait:

“HUMANISTIC LEARNING ENVIRONMENT IN MEDICAL AND HEALTH PROFESSIONS EDUCATION”
(24 September 2020 – Pk. 13.00 – 15.00 WIB)

 

Kontribusi: Rp 50.000,-
Fasilitas: Sertifikat dengan SKP IDI dan akses materi.

Link pendaftaran: https://bit.ly/webinarseriesIAMHPE

Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi kami di:
Ph. 0812-2893-8661 (WhatsApp/Call) atau e-mail: iamhpe.indonesia@gmail.com

IAM-HPExplore merupakan webinar series yang diselenggarakan oleh Indonesian Association of Medical and Health Professions Education (IAM-HPE) berkolaborasi dengan Departemen Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Indonesia, Departemen Pendidikan Kedokteran dan Bioetik FK-KMK Universitas Gadjah Mada, Pusat Pendidikan Dokter IMERI, serta Pendidikan Kedokteran dan Unit Pengembangan Riset Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Link Pendaftaran Webinar Series: https://bit.ly/WebinarseriesIAMHPE 

IAM-HPExplore GRATIS bagi anggota IAM-HPE (pendaftaran keanggotan IAM-HPE dapat dilakukan melalui tautan https://iamhpe.org/registration-of-membership/)

 

 

Download Pdf

Lahirnya tenaga profesional kesehatan dipengaruhi oleh model pendidikan, baik pendidikan teoritik maupun pendidikan klinik. Umumnya mahasiswa profesi kesehatan akan melanjutkan pendidikan klinik setelah menyelesaikan pendidikan teoritik. Pendidikan klinik disebut-sebut sebagai jantung dari pendidikan kedokteran dan kesehatan karena mahasiswa akan menghadapi situasi nyata dalam menghadapi pasien. Berbagai hambatan  membuat model pendidikan klinik lebih menantang, yaitu waktu yang terbatas, tuntutan pekerjaan pembimbing klinik selain mengajar yaitu pelayanan dan pekerjaan administratif lainnya, pelibatan berbagai tingkatan peserta didik, tantangan terkait pasien yaitu waktu perawatan yang singkat, pasien terlalu sakit atau tidak bersedia terlibat dalam kegiatan pembelajaran, kurangnya insentif dan penghargaan untuk mengajar, lingkungan klinis tidak nyaman untuk mengajar dan sebagainya. Mengingat pembimbing klinik akan selalu menghadapi mahasiswa, tantangan terkait pelibatan berbagai tingkatan peserta didik perlu diperhatikan. Untuk menghadapi hal tersebut, diperlukan suatu model pembimbingan yaitu situational leadership. Pembimbing klinik perlu memahami apa itu situational leadership dan bagaimana situational leadership diterapkan dalam pendidikan klinik supaya dapat memfasilitasi pembelajaran mahasiswa di setting klinik.

Untuk menjawab tantangan di atas, Departemen Pendidikan Kedokteran dan Bioetika FK-KMK UGM mengadakan webinar “Situational Leadership dalam Pendidikan Klinik” dengan narasumber dr. Yoyo Suhoyo, M.Med.Ed, Ph.D. pada Kamis, 17 Desember 2019. Dalam webinar tersebut narasumber memaparkan pentingnya situational leadership dan penerapannya dalam pendidikan klinik. Dalam sesi diskusi  yang dipimpin oleh moderator dr. Ide Pustaka, M.Sc.,Sp.OG dan diikuti sekitar 40 orang peserta tersebut,  banyak pertanyaan yang diajukan baik secara online maupun live, antara lain bagaimana pendekatan yang dilakukan jika dalam satu kelompok mahasiswa ditemukan variasi readiness, bagaimana menyamakan tingkat kesiapan mahasiswa serta bagaimana cara meningkatkan cara berpikir kritis pada mahasiswa sehingga dapat menumbuhkan semangat dan kemauan mahasiswa dalam praktik klinik. Kesemua pertanyaan tersebut dapat dijawab oleh narasumber secara gamblang dan jelas dengan contoh-contoh praktek klinik.

Pada akhir sesi diskusi yang berlangsung selama 1 jam tersebut, narasumber menyimpulkan bahwa mengelola mahasiswa di pendidikan klinik sama halnya dengan mengelola pasien yaitu dimulai dengan menentukan diagnosis dan memberikan perlakuan yang sesuai dengan diagnosis tersebut. Jika dilakukan dengan tepat, maka akan memberikan outcome yang baik. (Reportase oleh: dr. Saverina Nungky Dian Hapsari-mhs S2 IPK. Foto/dok: Evi Viva Evana).