Informasi pendaftaran dapat dilihat disini

 

 

                                                                                                             

 

DPK FK-KMK UGM. Program Magister Ilmu Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan FK-KMK UGM berhasil meluluskan 5 mahasiswa periode I yang telah diwisuda pada 24 April 2019 di Auditorium Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada.

Satu hari sebelum pelaksanaan wisuda, diselenggarakan acara Pelepasan Pascasarjana di Gd. Auditorium FK-KMK UGM. Dalam kesempatan tersebut, Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUP Dr. Sardjito, dr. Rukmono Siswishanto, M.Kes., Sp.OG(K), memberikan sambutannya dengan berpesan tentang hal-hal penting yang harus dilakukan para lulusan, yaitu mulai dari disiplin, meningkatkan kapasitas pembelajaran, learning team, dan harus terampil berdialog hingga berpikir jauh ke depan/visioner. “Kita belajar dari refleksi atas pengalaman yang diperoleh, inilah kemampuan pembelajaran sesungguhnya, bahwa lulusan Program Pascasarjana harus adaptif, “ ujar salah satu Direksi RSUP Sardjito tersebut. Adapun Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FK-KMK UGM, Prof. dr. Gandes Retno Rahayu menambahkan, perlunya kompetensi yang dimiliki lulusan. Pertama, tanggung jawab untuk mengembangkan ilmu secara kreatif. Kedua, harus mampu       memecahkan permasalahan trans-disiplin. Oleh karena itu di masa depan, para lulusan perlu perspektif lebih luas dalam memandang sebuah masalah.

Rata-rata IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) 5 orang wisudawan Magister IPK tersebut adalah 3,71. Berikut nama-nama mahasiswa yang diwisuda: 1). Ahmad Mudatsir (Angk. 2015), 2). Alfianti Kusuma Ningrum (Angk. 2015), 3). Arieni Ramadhan (Angk. 2016), 4). Muhammad Rizal Novianto (Angk. 2016),  5). Rista Arum Cahyaning Kartika (Angk. 2016).

Gelar Cumlaude diberikan bagi 2 mahasiswa yang memperoleh IPK di atas 3,75, yaitu Muhammad Rizal Novianto (IPK 3,90) dan Rista Arum Cahyaning Kartika (IPK 3,76).

Sempat terangkum  kesan dari wisudawan dan wisudawati pada acara wisuda kali ini, “Prodi IPK membuka cakrawala ilmu tak bertepi , FKKMK UGM akan selalu terkenang di dalam hati, Universitas Gadjah Mada memberi kebanggaan tersendiri, Jogja Istimewa akan terus kangen ingin kembali, Terima kasih semuanya telah menjadikan hidup ini lebih berarti, “ ujar Muhammad Rizal Novianto , salah satu wisudawan cumlaude.  Adapun Rista Arum Cahyaning Kartika, rekannya, mengungkapkan, “Terima kasih kepada seluruh tenaga pendidik dan staff yang telah membersamai kami melalui proses belajar di S2 IPK FKKMK UGM hingga kami dapat menyelesaikan semua tugas-tugas kami. Pembelajaran  S2 IPK FKKMK UGM sangat memberikan kesan yang mendalam bagi saya, karena meskipun pembelajaran berbasis PBL , pendampingan belajar tetap diberikan melalui dukungan-dukungan yang bermakna.”

Selamat untuk para Wisudawan dan Wisudawati, semoga sukses berkarir di masa depan! (Evi; Foto dan Sumber: M.Farid)

Selasa, 2 April 2019 adalah hari yang begitu menggembirakan bagi Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM khususnya Departemen Pendidikan Kedokteran dan Bioetika. Dengan begitu khidmat, dilaksanakan acara Pengukuhan Guru Besar Prof.dr. Gandes Retno Rahayu, M.Med.Ed., Ph.D yang berlangsung di Balai Senat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Dihadiri oleh keluarga, civitas akademika, kolega, dan tamu undangan lain mengisi penuh ruangan Balai Senat UGM.

Dengan mengangkat judul “Adaptasi Pendidikan Kedokteran dalam Mendidik Dokter Masa Depan” , Profesor Gandes menyampaikan pidatonya dengan penuh energi dan inspirasi. Dalam pidatonya, Profesor Gandes menyampaikan tentang perubahan-perubahan dalam pendidikan kedokteran di masa yang akan datang, diantaranya : perubahan pola dan penanganan penyakit secara global, perubahan pasien, pemahaman baru terhadap proses belajar, perubahan  karakteristik mahasiswa kedokteran, laju evolusi teknologi informasi yang sangat cepat, dan laju evolusi teknologi kedokteran. Dengan berbagai perubahan dan kemajuan tersebut, lulusan pendidikan kedokteran diharapkan mampu menjadi medical expert, communicator, collaborator, leader, health advocate, scholar dan professional, serta tidak pernah berhenti belajar sepanjang hayat.

Dalam mempersiapkan perubahan, setiap elemen pendidikan harus disiapkan. Sembilan elemen pendidikan yang merupakan pilar utama dalam pelaksanaan pendidikan kedokteran meliputi : mahasiswa, pendidik, kurikulum, strategi, materi, teknologi, penilaian, lingkungan, dan organisasi. Pada elemen mahasiswa, pendidikan kedokteran kedepan sejak seleksinya tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, akan tetapi juga menekankan pada aspek non-kognitif dan rekam jejak. Selain itu elemen mahasiswa juga menekankan bahwa status mahasiswa dalam pendidikan adalah sebagai mitra belajar dan pembelajar sepanjang hayat. Pada aspek pendidik, dari proses seleksi hingga pengakuan harus disiapkan dengan cermat dan dilakukan pengembangan diri secara terstruktur. Kurikulum dalam pendidikan kedokteran sudah tidak lagi seperti ivory tower dan a mystery tour, namun mengarah pada authentic curriculum-authentic learning dan a mapped journey. Elemen strategi yang dikembangkan ke depan seyogyanya bersifat adaptive education dan just in time learning, dimana mahasiswa harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Materi pembelajaran dalam menyiapkan pendidikan dokter masa depan berfokus utama pada pelayanan kesehatan primer, orientasi klinis yang mengarah pada wellness, terintegrasikannya ilmu dasar/klinik dan ilmu perilaku dan etika sepanjang pendidikan. Selain itu sangat ditekankan tentang perhatian pada determinan social, emotional competence, keterampilan interpersonal dan interprofesional, serta kepemimpinan. Dalam pengembangan elemen teknologi, pendidikan kedokteran ke depan harus lebih optimal dan bersifat ekstensif. Elemen penilaian belajar ke depan bukan hanya mengacu pada assessment of learning namun juga assessment of and for learning, bukan hanya menekankan pada huruf dan angka namun mengarah pada programmatic assessment. Lingkungan belajar mahasiswa juga akan selalu menekankan  pada budaya critical inquiry pada sepanjang pendidikan. Elemen organisasi harus mampu meminimalisasi tingkat stress mahasiswa dan hubungan kerja sama yang bersifat greater collaboration dan academic health system.

Berbagai elemen kunci yang telah dipaparkan bermuara pada aspek humanisme yang tidak boleh hilang, karena pada dasarnya hubungan dokter pasien adalah hubungan human to human. Perkembangan teknologi merupakan alat bantu dalam mengoptimalkan praktik kedokteran, bukan mengganti secara total. Pada kondisi inilah humanisme merupakan hal fundamental yang harus dipertahankan dan diperkuat. Pada penutupan pidato tersebut, Profesor Gandes mengutip salah satu lafal sumpah dokter yang diilhami oleh sumpah Hippocrates : “Saya akan menjaga rasa hormat yang tertinggi untuk kehidupan manusia“. Beliau menyampaikan pidatonya dengan sangat piawai, mencerahkan, dan membangkitkan keinginan untuk terus bertumbuh. Pidato itu diakhiri dengan segenap ucapan terima kasih kepada orang-orang yang telah berjasa dalam pencapaian gelar guru besar tersebut dalam suasana yang sangat mengharukan.

Kisah, Kesah, Kasih, dan Kiprah

Dalam acara tersebut ada tulisan dari Profesor Gandes yang berjudul “ Today is A Gift ”. Tulisan yang begitu renyah penuh hikmah dan kaya dalam upaya. Disarikan dari akumulasi perjalanan hidup beliau yang penuh determinasi dan persistensi namun tetap kentara dengan nuansa humanis. Berikut beberapa petikan dari tulisan beliau.

Kisah Gandes kecil tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sangat memperhatikan pendidikan dan memiliki budaya diskusi tentunya sangat membentuk karakter Profesor Gandes hingga kini. Salah satu permainan masa kecil beliau ketika tinggal dekat dengan  Jalan Yogya-Solo adalah beradu jumlah hitungan kendaraan sesuai dengan jenis dan arahnya. Ini menarik karena menjadi salah satu yang menguatkan konsentrasi. Masa sekolah yang penuh dengan lomba-lomba dan berbagai prestasi, hingga akhirnya menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran UGM sampai pada titik beliau melanjutkan pendidikan S2 dan S3 di University of Dundee, Scotland UK.

Profesor Gandes, dalam perjalanan pencapaiannya pun tak luput dari kekesahan dan kegelisahan, tapi di situlah kematangan beliau semakin terbentuk. Yang saya highlight dalam tulisan tersebut adalah pada saat beliau akan menempuh studi di University of Dundee, Scotland UK. Pada saat itu pernikahan beliau baru seumur jagung, belum lagi ibunda yang baru saja menderita stroke, sementara saudara beliau yang lain sedang menempuh pendidikan di luar negeri. Saya bisa membayangkan situasi yang dilematis dan rumit, namun suami yang pengertian dan memiliki keluasan jiwa, serta Ibunda yang ingin melihat anak-anaknya bisa menempuh pendidikan setinggi-tingginya membuat dilemma dan kerumitan itu menjadi pijakan baru untuk langkah yang lebih tinggi.

Kasih yang ditanamkan oleh keluarga khususnya kedua orang tua Profesor Gandes memberikan warna dalam watak humanisnya. Beliau diajarkan untuk memberi, berempati, dan meringankan beban sesama. Pada tahap berikutnya, tentu suami adalah sandaran kasih yang utama. Unik, ketika Profesor Gandes dan suami dengan karakter yang berbeda, namun mampu saling melengkapi, menjadi harmoni. Profesor Gandes seringkali melakukan refleksi dan memetik makna dari diskusi dan cerita bersama suami. Layaknya orang tua pada umumnya, anak-anak adalah tempat mencurah kasih yang tiada putus, beliau bersama suami mendidik anak-anak dengan dinamika yang menyenangkan, berbagi cerita dan diskusi dalam keluarga, serta memberikan kebebasan dalam pengambilan keputusan.

Kiprah Profesor Gandes dalam dunia Ilmu Pendidikan Kedokteran telah diketahui banyak khalayak, terlebih di Indonesia. Ratusan seminar dan pelatihan yang telah beliau ampu, tak terhitung mahasiswa yang telah merasakan energi saat beliau berbagi di dalam kelas. Saya pun dengan jujur dan tulus menyatakan bahwa Profesor Gandes adalah role model dalam Ilmu Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan. Banyak rintisan yang telah beliau kembangkan, hingga berbagai inovasi di Fakultas Kedokteran UGM yang memberi warna dalam pendidikan kedokteran di Indonesia. Perjalanan makna yang telah dilalui Profesor Gandes, adalah ladang inspirasi yang harus kita ambil manfaatnya. Dan pada akhirnya, beliau menutup dengan sebuah kesyukuran, “ Bahwa setiap hari adalah hadiah; layaknya sebuah hadiah, perlu diapresiasi, perlu disyukuri, perlu dijaga dan dirawat serta dimanfaatkan sebaik-baiknya”. Selamat Prof. dr. Gandes Retno Rahayu, M.Med.Ed., Ph.D atas dikukuhkannya sebagai Guru Besar dalam Ilmu Pendidikan Kedokteran FKKMK UGM. (Tyas Setya Nugraha/Mhsw S2 MHPE 2018)

DPK FK-KMK UGM. Perkembangan ilmu di bidang kedokteran dan kesehatan sebagai akibat dari perubahan demografi beberapa tahun belakangan, menciptakan perubahan terhadap beban dan penyebaran penyakit. Fenomena ini mengubah sistem pelayanan kesehatan dan pasien, termasuk kebutuhan kualitas  perawatan yang tinggi oleh tenaga kesehatan.

Meningkatnya permintaan tenaga kesehatan diikuti oleh peningkatan jumlah institusi pendidikan kedokteran dan tenaga kesehatan. Konsekuensinya, kebutuhan akan inovasi kurikulum, metode belajar mengajar dan sumber-sumber pembelajaran menjadi signifikan bagi sebuah institusi pendidikan untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang kompeten. Bagaimana seorang pemimpin (leader) dan tenaga pendidik (dosen) di bidang pendidikan profesi kesehatan menghadapi tantangan ini, adalah kunci utama menuju sistem pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Jogja Rendezvous for Transformation and Innovation in Medical Education (JUST IN TIME) diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan Bioetika Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada secara rutin setiap tahun, sejak 2017. Kegiatan ini mengundang pimpinan institusi dan tenaga pendidik (dosen) di seluruh Indonesia untuk ikut berpartisipasi  dalam Seminar yang diselenggarakan  pada tanggal 4-6 Maret 2019 di Hotel Prime Plaza Yogyakarta, yang mengangkat tema “ Excellence in Teaching and Learning in Health Professions Education”. Seminar dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UGM.  Melalui seminar ini terbukalah peluang bagi pimpinan institusi (leader), dosen/pendidik dan siapapun yang memiliki visi yang sama untuk bertemu dan berkolaborasi, belajar dan update ilmu dalam rangka meningkatkan kualitas profesi tenaga kesehatan Indonesia yang lebih baik.

Pada kesempatan tersebut FK-KMK UGM mengundang sejumlah pakar dari dalam dan luar negeri di bidang pendidikan kedokteran, bioetika, psikologi dan keperawatan. Pembicara  dalam negeri yang hadir antara lain Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, MSc.,Ph.D (Dirjen Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kemeterian Riset Dikti), Sugiyanto, M.App.Sc (Kementerian Kesehatan RI), Prof. Dr.Med. dr. Tri Hanggono Ahmad (Rektor Universitas Padjajaran), Prof. Dr.dr. Nancy Margarita Rehatta,Sp.An (Universitas Airlangga), Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed.,Ph.D.,Sp.OG(K) (Dekan FK-KMK UGM) dan dr. Ardi Findyartini, Ph.D (Universitas Indonesia). Adapun pembicara asing adalah: John J. Norcini, Ph.D (President and CEO of the FAIMER Institute) dan Prof. Ara Tekian MD.,Ph.D.,MHPE (University Illinois Chicago Medical Education).

Seminar telah dihadiri oleh hampir 100 orang peserta dari dalam dan luar institusi yang mengikuti conference, kompetisi presentasi abstrak dan foto Instagram, serta beberapa workshop terkait practical guide of nursing, workplace-based assessment, OSCE clinical skill training, IPE dan entrustable professional activity oleh beberapa pakar di bidang pendidikan kedokteran dan keperawatan.

Menurut dr. Mora Claramita, MHPE.,Ph.D yang merupakan Ketua Departemen Pendidikan Kedokteran FK-KMK UGM  sekaligus Ketua Penyelenggara JIT 2019, diharapkan JIT kali ini menjadi ajang sharing information and knowledge bagi perkembangan ilmu, informasi, dan network collaboration di bidang pendidikan kedokteran dan kesehatan di Indonesia pada era industrialisasi 4.0. Disampaikan pula bahwa Departemen Pendidikan Kedokteran FK-KMK UGM pada tahun 2020 akan menyelenggaran JIT 2020 sebagai sebuah international conference. (Evi-DPK)

 

Formulir pendaftaran dapat diunduh disini